Tampilkan postingan dengan label HAMA - PENYAKIT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HAMA - PENYAKIT. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 November 2017

Mencegah Penyakit Patek Busuk Buah (antraknose) Pada Tanaman Cabe

foto: Balitbangtang
Salah satu penyakit yang menjadi momok bagi petani cabe yaitu Patek. Serangan penyakit patek, busuk buah atau antraknosa pada tanaman cabe dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan bahkan serangan penyakit ini menimbulkan kegagalan panen yang diakibatkan rusaknya buah cabe. Para petani kita dalam budidaya cabe pada umumnya belum menerapkan sepenuhnya kaidah-kaidah budidaya cabe yang benar (tradional) sehingga mengakibatkan usaha agribisnya belum memberikan hasil yang optimal dan banyak merugi.

Untuk memperbaiki dalam pengelolaan budidaya cabe perlu menerapkan Standar Opersional Prosedor (SOP) yang berdasarkan atas norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Praktices/GAP)

Kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilakukan dengan sistem terpadu untuk menurunkan populasi OPT atau intensitas serangan sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan. Salah satu kegiatan pengendalian OPT yang sangat menentukan keberhasilan usaha agribisnis cabe yang merugikan petani adalah serangan penyakit patek atau antraknosa pada tanaman cabe.
Penyakit patek atau antraknosa yang menyerang pada tanaman cabe yang disebabkan oleh penyakit patek atau antraknosa menyerang tanaman pada saat kelembaban udara tinggi ± 95 % dan suhu udara rendah dibawah 320 C dan cendawan tersebut bila menyerang pada biji cabe dapat bertahan hingga 9 bulan.

Gejala serangan penyakit patek atau antraknosa awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah cabe, kemudian menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan-kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Pada bagian tengah buah tampak bercak kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium. Sedangkan tanaman yang terserang patek akibat infeksi cendawan gloesperium sp. Menunjukkan bercak coklat dengan bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsintrik berwarna merah jambu. Serangan berat akan menyebabkan seluruh buah keriput dan mongering. Warna kulit buah menyerupai jerami padi dan dalam kondisi cuaca panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.

Pengendalian serangan penyakit patek, busuk buah atau antraknosa
a. Perlakuan biji benih cabe dengan cara merendam biji dalam air panas (550C) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik golongan Triazole dan Pryrimidian (0,05 – 0,1 %)
b. Melakukan sanitasi rumput –rumput disekeliling tanaman dan buah cabe yang terserang penyakit patek, busuk buah atau antraknosa buahnya dikumpulkan dan dimusnakan.
c. Menanam benih yang bebas pathogen pada lahan yang tidak kontaminasi oleh pathogen penyakit patek, busuk buah atau antraknosa, baik itu di pesemaian atau di lahan usahatani.
d. Menanam cabe varietas genjah untuk menghindari infeksi, yaitu usaha memperpendek periode ekspose tanaman terhadap sumber inokulum.
e. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang solanaceae
f. Memperbaiki aerasi tanah agar tidak terjadi genangan air dan kelembaban yang cukup tinggi, dengan membuat guludan setinggi 40 – 50 cm.
g. Memanfaatkan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp. Mengaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per kantong diaplikasikan 3 hari sebelum benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman benih cabe.
h. Memanfaatkan mikroba antagonis Psudomonas Fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan muai fase pembungaan hingga 2 setelah pembungaan dengan selang waktu 1 minggu.
i. Apa bila gejala serangan penyakit pada buah semakin meluas dapat digunakan fungisida yang afektif dan sudah terdaftar/dianjurkan.

Sumber : Balitbangtang Direktorat Tanaman Hias Direktorat Jenderal


Bagi rekan-rekan petani yang membutuhkan agen hayati pengendali penyakit pada cabe seperti layu fusarium, busuk batang, busuk akar, ralstonia dan patek/antraknosa, Agritani menyediakan agen hayati tersebut dg merk dagang "Äntagonis plus".


Selasa, 15 Agustus 2017

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman/OPT pada Bawang Merah

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. Organisme Pengganggu Tanaman, secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga tungau, vertebrata dan molusca. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim, sehingga tidak heran jika pada musim penghujan, sangat disibukkan oleh masalah penyakit tanaman.

Hama Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1. Ulat bawang (Spodoptera exigua atau S. litura)
Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5-7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.

Antraknosa pd Tanaman Hortikultura

Apa itu Penyakit Antraknosa ? Patogen tanaman merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Fungsi fisiologis tanaman merupakan rangkaian aktifitas pada tanaman untuk melangsungkan hidup salah satunya adalah fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukkan energi dari CO2 dan H2O, selanjutnya energi yang dihasilkan digunakan untuk pembentukkan organ tanaman, salah satunya adalah pembentukan buah. Gangguan fungsi fisiologis yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman menyebabkan tanaman sulit untuk berbuah bahkan sampai tidak menghasilkan buah (Sibarani, 2008).
Cendawan merupakan salah satu OPT yang dilaporkan banyak menyerang tanaman hortikultura.
Cendawan yang menyerang tanaman hortikultura pada umumnya adalah Botryodiplodia sp., Fusarium sp., Chepalosporium sp., dan yang sering menyebabkan penyusutan hasil produksi adalah Colletotrichum sp. penyebab penyakit antraknosa yang menyerang baik pada saat prapanen, penyimpanan (di pedagang pengumpul), dan saat pemasaran (di pasar buah dan pasar swalayan) (Sari, 2006).

Rabu, 11 Mei 2016

Pengendalian Wereng Hijau Menggunakan Musuh Alami



Wereng hijau (Nepotettix viriescens) merupakan salah satu hama penting  pada  tanaman padi karena menularkan virus tungro yang dapat menurunkan hasil hingga puso.  Penyakit tungro menyebabkan jumlah anakan berkurang dan kehampaan gabah yang tinggi.  Usaha pengendalian yang banyak dilakukan adalah penggunaan insektisida.  Namun, penggunaan  insektisida dapat menimbulkan dampak negatif, bagi kesehatan manusia dan lingkungan sehingga secara tidak langsung bisa menurunkan daya saing padi.  Dengan demikian diperlukan strategi pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan musuh alami.  Musuh alami yang biasa digunakan adalah predator, parasitoid dan patogen karena dapat mencegah meningkatnya populasi wereng hijau dan bermanfaat untuk pertanian berkelanjutan yang secara ekologis maupun ekonomi menguntungkan.

Musuh Alami adalah organisme yang menjadi faktor penghambat berkembangnya hama dan pennyakit pada tanaman.  Pemanfaatan musuh alami (agens hayati) dalam menekan kehilangan dan

Senin, 25 April 2016

Padi Bebas Hawar Daun Bakteri (Hdb) Atau Kresek Dengan Agensia Hayati Paenibacillus polymixa



Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau kresek yang disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas oryzae, saat ini merupakan salah satu penyakit utama padi yang dapat menimbulkan kerugian baik secara kuantitas maupun kualitas. Serangan penyakit hawar daun bakteri (BLB) atau kresek, pada tanaman padi telah meresahkan para petani. Sepertinya sekarang ini kresek telah menjadi penyakit utama pada tanaman padi. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan kresek tidak main-main, bisa mencapai 75 %. Belum pahamnya petani tentang penyakit kresek ini menjadi kendala untuk mengendalikannya. 

Berbagai cara pengendalian secara kimia dilakukan petani namun banyak yang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Padahal ada cara organik yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit kresek ini (keefektifannya bisa mencapai 80%).

Rabu, 27 Januari 2016

Beberapa Varietas Padi Tahan Tungro



Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Penyakit virus ini bisa mengakibatkan petani gagal panen, Kehilangan hasil karena serangan tungro bervariasi bergantung pada saat tanaman terinfeksi, lokasi dan titik infeksi, musim tanam dan jenis varietas. Biasanya, Semakin muda tanaman terinfeksi, maka semakin besar persentase kehilangan hasil yang ditimbulkan. Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan oleh petani sendiri, antara lain yang pernah agritani  temui di sawah, penyemprotan dengan pestisida, pemberian garam, bahkan ada yang dengan cara menaburkan micin (penyedap rasa) pada tanaman yang terserang tungro.  Katanya sih.. setelah dikasih garam atau micin, tanaman yang terserang tungro akan kembali sehat. Tentu dalam hati saya penasaran sekali, benarkah demikian?...  Yang saya tahu sih garam (khususnya garam inggris) dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk. Karena kandungan garam dapat menambah unsur hara pada tanaman. Ya sudah tidak usah membahas garam ya…

Salah satu cara pengendalian tungro yang dapat kita lakukan adalah dengan cara menggunakan/menanam padi dengan varietas yang tahan terhadap tungro ini. Penggunaan varietas

Rabu, 20 Mei 2015

Hama Keong Mas Dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi



Beberap hari yang lalu saya masih banyak menulis tentang hama dan penyakit pada tanaman padi. Kali ini topik yang akan saya tulis yaitu Hama Keong Mas. Hama Keong Mas adalah salah satu hama yang mengakibatkan tingginya risiko gagal panen pada tanaman padi. Hama ini, sebagian orang menyebutnya dengan siput murbei, memakan batang dan daun padi berumur 15 hari. Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun hingga ke batang padi muda. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami gagal panen.
Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7 – 4 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir. Seekor keong mas dewasa mampu menghasilkan 1000 – 1200 telur per bulan. Padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, keong mas bahkan dapat mengkonsumsi seluruh tanaman muda dalam satu malam. Tanda spesifik lain pada pertanaman padi yang terserang hama ini adalah adanya rumpun yang hilang serta adanya potongan daun yang mengambang dipermukaan air.

Senin, 18 Mei 2015

CARA MENGENDALIKAN KUTU KEBUL PADA TANAMAN CABAI



Kerusakan tanaman cabai akibat virus yang ditularkan lebih merugikan ketimbang hama kutu kebul sendiri. Virus gemini dapat menyebabkan kegagalan panen hingga 100%. Sampai kini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan kutu kebul. Di antaranya, Gemini virus, Clostero virus, Nepo virus, Carla virus, Poty virus dan Rod-shape DNA virus. Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag dan menyerang berbagai jenis tanaman. Tanaman yang menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman.

Pengembangan dan Pemanfaatan Agens Hayati



Sebentar lagi kita memasuki perdagangan bebas, termasuk pada komoditi pertanian. Ini artinya berbagai macam produk pertanian dari Negara lain akan masuk ke Negara kita Indonesia, bagaimana dengan petani-petani kita? Apakah hasil pertanian mereka siap bersaing baik di Negara kita sendiri maupun di Negara lain? Dijawab sendiri-sendiri saja ya… he..he..
Salah satu kendala dalam meningkatkan kuantitas, kualitas produksi hasil pertanian kita (menurut saya tentunya..) yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan antisipasi kemungkinan terjadinya resiko serangan OPT  sehingga kehilangan hasil dapat ditekan sereendah mungkin dan kualitas serta kuantitas produksi dapat ditingkatkan.

Senin, 11 Mei 2015

Penggerek Batang Padi



Penggerek Batang Padi Merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi karena sering menimbulkan  kerusakan dan menurunkan hasil yang cukup tinggi. Keberadaan hama ini dpt dilihat dr  adanya  ngengat   di pertanaman padi dan larva di dalam  batang. Kerusakan terjadi akibat larva merusak  sistem    pembuluh tanaman di dalam batang. Hama ini menyerang tanaman sejak di pembibitan  hingga   pembentukan malai.

Gejala Serangan
GEJALA  SUNDEP Bila serangan menyebabkan anakan padi mati pada stadia vegetatif.
GEJALA  BELUK Bila serangan menyebabkan anakan padi mati pada stadia generative

Gejala Sundep

 
Gejala Beluk




CARA PENGENDALIANNYA
A.  Pada Daerah Serangan Endemik
1.  Pengaturan Pola Tanam
    Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
    Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi    untuk memutus siklus hidup hama
    Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi :
ü 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama
ü dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya 
2.  Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
ü Mekanik: mengumpulkan kelompok telur  di persemaian dan di pertanaman
ü Fisik : - penyabitan tanaman serendah mungkin
-   penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3.  Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid:     Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha
(1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman
4. Pengendalian Kimiawi
     Serangan pada 10% anakan sudah merugikan atau adanya 4 koloni telur /rumpun pd fase  bunting
     Pengendalian efektif dilakukan sblm fase generatif.
     Dianjurkan menggunakan insektisida  berbahan aktif : 
              -   Carbofurant (Furadan),
              -   Carbosulfan (Marshal),
              -   Dimehipo (Dipho),
              -   Bisultap (Spontan),
              -   Amitraz (Mitac),
              -   Fipronil (Regent).
5. Pengendalian Preventif
     Light trap

B.  Pada Daerah Serangan Sporadik
    Cara pengendalian menggunakan insektisida  yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan  setempat
Penyemprotan dengan insektisida pada saat 4 hari  setelah ada penerbangan ngengat berdasarkan   pemantauan pada light trap atau intensitas serangan   rata-rata > 5% sundep.
Rekan petani itulah sedikit tentang penggerek batang padi dan pengendaliannya. Semoga bermanfaat..

Minggu, 10 Mei 2015

Identifikasi dan Pengendalian Hama Utama Padi


Padi merupakan komoditi pertanian yang paling luas dibudidayakan oleh masyarakat/petani. Namun berbagai hambatan sepertinya datang silih berganti ketika menanam padi, mulai dari cuaca/iklim, ketersediaan air sampai banyaknya hama dan penyakit yang siap menyerang tanaman padi tsb. Kali ini saya akan menulis cara-cara identifikasi dan pengendalian hama – hama yang paling sering menyerang tanaman padi. Namun sebelum masuk ke teknis identifikasi dan pengendalian hama pada tanaman padi tersebut perlu saya sampaikan pengertian-pengertian istilah yang sering muncul ketika kita mendengar tanaman padi.

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
 adalah organisme yg mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, yg.dpt menimbulkan kerusakan dan dapat merugikan petani.

Selasa, 28 April 2015

MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DGN AGENS HAYATI


Sebelum lebih jauh tentang penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) ini, ada pertanyaan dari saya,kenapa sih banyak OPT/penyakit yang selalu membayangi di pertanaman padi? Nah..hal ini banyak faktornya, antar lain makanan selalu tersedia di alam, lingkungan makro & mikro mendukung, kesalahan dalam identifikasi hama & diagnosis penyakit, atau juga kesalahan dalam teknik pengendalian. Berikut ini tulis sedikit tentang  identifikasi dan pengendalian HDB. Hawar Daun Bakteri merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (>250 kg urea/ha).


Gejala Dibedakan Menjadi 2 Golongan
1.  GEJALA KRESEK  /  LAYU DAUN
Terjadi pada tanaman muda (umumnya muncul pada 1 – 6 minggu set gejala dibedakan menjadi 2 golongan elah tanam) 
Gejala awal  : tepi daun/bagian daun berupa garis bercak kebasahan.Bercak selanjutnya meluas berwarna hijau keabuan,seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. 
Gejala kresek merupakan gejala yang paling merusak.

MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DGN AGENS HAYATI


Sebelum lebih jauh tentang penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) ini, ada pertanyaan dari saya,kenapa sih banyak OPT/penyakit yang selalu membayangi di pertanaman padi? Nah..hal ini banyak faktornya, antar lain makanan selalu tersedia di alam, lingkungan makro & mikro mendukung, kesalahan dalam identifikasi hama & diagnosis penyakit, atau juga kesalahan dalam teknik pengendalian. Berikut ini tulis sedikit tentang  identifikasi dan pengendalian HDB. Hawar Daun Bakteri merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (>250 kg urea/ha).

Gejala Dibedakan Menjadi 2 Golongan
1.  GEJALA KRESEK  /  LAYU DAUN
Terjadi pada tanaman muda (umumnya muncul pada 1 – 6 minggu set gejala dibedakan menjadi 2 golongan elah tanam) 
Gejala awal  : tepi daun / bagian daun berupa garis bercak kebasahan.  Bercak selanjutnya meluas berwarna hijau keabuan,  seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. 
Gejala kresek merupakan gejala yang paling merusak.
 2. Hawar
 Terjadi pada tanaman dewasa
Gejala awal berupa bercak kebasahan pada satu atau kedua sisi daun beberapa cm dari ujung daun. 
Bercak meluas berwarna hijau keabuan, kebasahan, daun menggulung, mengering dengan warna abu-abu keputihan.
Luka nampak pertama kali seperti garis-garis yang mengandung air pada batas daun

 Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Perkembangan Penyakit HDB
1) Kelembaban tinggi
2) Kondisi hujan disertai angin
3) Pemberian N secara berlebihan 

 OPERASIONAL PENGENDALIAN PENYAKIT HDB (Hawar Daun Bakteri)
 1. Pemilihan Lokasi Dan Waktu Tanam
Informasi sebaran ras blas dan strain bakteri patogen (pemetaan)
Waktu kritis tidak pada waktu basah ( Lama pengembunan), puncak sebaran    spora/bakteri
 2. Penggunaan Varietas Tahan
 Informasi grouping varietas sesuai dengan ras blas/ strain bakteri
3. Penggunaan Benih Sehat
Perlakuan benih dengan kaporit/ air garam, benih tenggelam indikator sehat
4. Pola Bercocok Tanam Interplanting
Penanaman campuran varietas yang  sifat genetik berbeda
5. Sanitasi Lingkungan
Pembersihan saluran irigasi dari gulma   ( l. hexandra, P repens, E. crusgalli)
Pembersihan singgang/ jerami bergejala
6. Manipulasi Lingkungan
Sistem tanam legowo, mengatur mikro klimat
Pengairan berselang 3 – 6 kali sehari, memperbaiki aerasi tanah
7. Pemupukan
Penggunaan pupuk organik yang  matang ( Kompos Fermentasi )
Penggunaan pupuk berimbang
Aplikasi pupuk K

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
Pratanam
·      Sanitasi tanaman inang
·      Pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras

Pesemaian
·      Penggunaan benih sehat
·      Sanitasi inang pada saluran irigasi
·      Hindari penggenangan terlalu dalam

Tanaman Muda (Tanam – Anakan maksimum)
·      Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat
·      Sanitasi rerumputan sumber patogen
·      Pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, terutama pada daerah endemik serangan penyakit
 PEMANFAATAN AGENS ANTAGONIS
Bakteri antagonis Corynebacterium untuk    HDB ( Hawar daun Bakteri )
Dosis 5 cc/lt (populasi 106 Cfu/ml), Volume 500 lt/ha; waktu perendaman benih, pesemaian dan pertanaman   ( 14 hst, 28 hst, 42 hst)

Pengendalian dengan Corynebacterium
Perlakuan Benih : perendaman benih dg suspensi bakteri antagonis 5 ml/lt air
Persemaian : penyemprotan suspensi bakteri antagonis 5 ml/lt air scr merata
 Pertanaman :
-       14 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
-       28 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
-       42 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt
            -       56 hst : 5 ml/lt air dg volume semprot 500 lt 
 Demikian sedikit tentang pengendalian HDB pada tanaman padi, semoga dapat bermanfaat untuk kemajuan pertanian kita....